Pengertian Broken Home: Ciri, Penyebab, Dampak

Pengertian Broken Home: Ciri, Penyebab, Dampak

Pengertian Broken Home istilahnya yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kondisi keluarga di mana orang tua bercerai, berpisah, atau salah satu dari orang tua tidak hadir secara fisik atau emosional. Kondisi ini seringkali menimbulkan dampak emosional, psikologis, dan sosial pada anak-anak yang tumbuh dalam keluarga tersebut. Meskipun istilah ini sering dikaitkan dengan perceraian, broken home juga dapat merujuk pada keluarga dengan masalah serius lainnya, seperti kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan narkoba, atau masalah kesehatan mental, yang mengakibatkan disfungsi dalam hubungan antar anggota keluarga.

Namun, tidak semua anak dari broken home mengalami masalah serius. Dukungan yang baik dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar dapat membantu anak-anak mengatasi tantangan ini dan berkembang dengan baik.

Table of Contents

Pengertian Broken Home

Broken home adalah istilah yang merujuk pada keadaan di mana sebuah keluarga mengalami keretakan, biasanya akibat perceraian, perpisahan, atau ketidakhadiran salah satu orang tua secara emosional atau fisik. Istilah ini menggambarkan situasi di mana struktur keluarga tidak lagi utuh, sering kali karena masalah serius yang dialami oleh orang tua seperti konflik yang berkepanjangan, kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan narkoba, atau masalah kesehatan mental.

Keluarga broken home tidak harus selalu diartikan secara harfiah sebagai keluarga yang telah “rusak,” tetapi lebih pada gangguan dalam stabilitas dan fungsi keluarga, yang dapat berdampak negatif pada anggota keluarga, khususnya anak-anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga broken home mungkin menghadapi tantangan emosional, psikologis, dan sosial, seperti perasaan tidak aman, kesulitan mempercayai orang lain, serta gangguan dalam prestasi akademik atau hubungan sosial.

Namun, perlu diingat bahwa meskipun istilah ini sering dianggap negatif, tidak semua anak dari keluarga broken home mengalami dampak buruk. Dengan dukungan yang tepat dari keluarga, teman, dan lingkungan sosial, banyak anak yang mampu mengatasi tantangan ini dan tumbuh menjadi individu yang kuat serta mandiri.

Baca Juga: Perbedaan Horizontal dan Vertikal, Berikut Penjelasannya!

Ciri – Ciri Broken Home

Ciri-ciri keluarga broken home sering kali terlihat dari berbagai aspek emosional, sosial, dan perilaku, baik pada anak-anak maupun pada orang tua. Berikut adalah beberapa ciri yang umumnya muncul pada keluarga broken home:

1. Kurangnya Komunikasi yang Baik

Keluarga broken home sering kali mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Orang tua mungkin jarang berbicara satu sama lain, atau percakapan yang terjadi cenderung penuh konflik dan tidak produktif. Anak-anak juga mungkin merasa diabaikan atau tidak didengarkan

2. Ketidakhadiran Salah Satu Orang Tua

Salah satu orang tua mungkin tidak tinggal bersama keluarga, baik karena perceraian, perpisahan, atau bahkan karena alasan pekerjaan yang membuat mereka jarang hadir secara fisik atau emosional.

3. Adanya Konflik atau Ketegangan Berkelanjutan

Keluarga broken home sering terlibat dalam konflik yang berkepanjangan antara orang tua. Pertengkaran ini bisa terjadi di depan anak-anak, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan perasaan tidak aman bagi mereka.

4. Ketidakstabilan Emosional pada Anak

Anak-anak dari keluarga broken home mungkin menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan emosional seperti mudah marah, depresi, atau menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka juga bisa merasa bingung tentang peran orang tua dan keluarga mereka.

 5. Prestasi Akademik yang Menurun

Anak yang mengalami gangguan emosional akibat situasi di rumah sering kali menghadapi kesulitan dalam berkonsentrasi dan berprestasi di sekolah. Mereka mungkin kehilangan motivasi belajar atau mengalami penurunan dalam nilai akademis.

6. Masalah Perilaku pada Anak

Anak-anak dari keluarga broken home terkadang menunjukkan perilaku bermasalah, seperti agresivitas, pemberontakan, atau terlibat dalam perilaku berisiko seperti penyalahgunaan obat atau alkohol. Hal ini bisa menjadi cara mereka mengekspresikan rasa frustrasi atau mencari perhatian.

7. Perasaan Tidak Aman dan Rendah Diri

Anak-anak sering merasa kurang diperhatikan dan mungkin mengalami perasaan tidak berharga atau rendah diri. Mereka mungkin merasa terisolasi atau tidak aman di dalam rumah, terutama jika orang tua tidak memberikan dukungan emosional yang memadai.

8. Kesulitan dalam Membangun Hubungan

Anak-anak dari keluarga broken home mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat di masa dewasa. Mereka bisa saja kesulitan mempercayai orang lain, merasa takut ditinggalkan, atau kesulitan membangun ikatan emosional yang mendalam.

9. Pengaruh Negatif dari Lingkungan

Dalam beberapa kasus, anak-anak dari keluarga broken home rentan terhadap pengaruh negatif dari teman sebaya atau lingkungan luar yang kurang mendukung. Ini bisa menyebabkan mereka terlibat dalam pergaulan yang buruk atau perilaku kriminal.

10. Orang Tua Tidak Memberikan Dukungan yang Cukup

Orang tua mungkin terlalu sibuk dengan masalah pribadi atau perselisihan dengan pasangan sehingga mereka tidak bisa memberikan perhatian atau dukungan emosional yang cukup kepada anak-anak.

Baca Juga: Trust Issue Artinya: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi

Penyebab Broken Home

Penyebab broken home bisa beragam dan biasanya melibatkan masalah dalam hubungan orang tua atau dinamika keluarga yang tidak sehat. Berikut adalah beberapa penyebab umum dari terjadinya broken home:

1. Perceraian atau Perpisahan

Perceraian adalah salah satu penyebab utama broken home. Ketika orang tua tidak lagi dapat hidup bersama karena konflik, perselisihan, atau ketidakcocokan, mereka memutuskan untuk berpisah, yang menyebabkan anak-anak harus tumbuh dengan orang tua yang tidak tinggal bersama.

2. Perselisihan yang Berkepanjangan

Konflik atau pertengkaran yang terus-menerus antara orang tua, baik masalah kecil maupun besar, dapat merusak keharmonisan keluarga. Jika tidak ada penyelesaian, ketegangan ini dapat menyebabkan perpecahan dan keretakan dalam hubungan keluarga.

3. Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan fisik, emosional, atau verbal antara orang tua, atau antara orang tua dan anak, dapat menjadi penyebab utama terjadinya broken home. Kekerasan domestik menciptakan lingkungan yang berbahaya dan tidak sehat bagi anak-anak.

4. Perselingkuhan

Salah satu pasangan yang melakukan perselingkuhan atau tidak setia dapat menyebabkan ketidakpercayaan dan luka emosional yang dalam, yang sering kali mengarah pada perceraian atau perpisahan, serta kerusakan hubungan keluarga.

5. Penyalahgunaan Narkoba atau Alkohol

Orang tua yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba atau alkohol sering kali tidak mampu menjalankan peran mereka dengan baik dalam keluarga. Hal ini dapat menyebabkan konflik, ketidakpedulian, serta hilangnya dukungan emosional dan finansial.

6. Kondisi Ekonomi yang Sulit

Masalah ekonomi, seperti pengangguran, kesulitan keuangan, atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dapat menimbulkan stres yang tinggi dalam keluarga. Ketegangan ini sering kali memicu konflik antara pasangan, yang akhirnya dapat menyebabkan perpecahan.

7. Kurangnya Komunikasi yang Efektif

Kurangnya komunikasi yang sehat antara pasangan dapat memperburuk masalah kecil menjadi besar. Ketika pasangan tidak dapat berkomunikasi secara terbuka atau jujur, masalah-masalah yang tidak terselesaikan bisa menjadi penyebab keretakan keluarga.

 8. Masalah Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental pada salah satu atau kedua orang tua, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan bipolar, dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menjalankan peran sebagai orang tua. Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, masalah ini bisa memicu ketegangan dalam keluarga dan menyebabkan broken home.

9. Kurangnya Komitmen dan Tanggung Jawab

Dalam beberapa kasus, salah satu atau kedua pasangan mungkin kurang memiliki komitmen untuk mempertahankan hubungan atau tanggung jawab terhadap keluarga. Kurangnya rasa tanggung jawab ini bisa mengakibatkan perpecahan dan disfungsi keluarga.

10. Kebudayaan atau Tekanan Sosial

Tekanan dari keluarga besar, masyarakat, atau budaya tertentu bisa memperburuk situasi dalam rumah tangga. Misalnya, harapan yang terlalu tinggi dari keluarga besar atau komunitas bisa menyebabkan stres tambahan bagi pasangan dan memicu perpecahan.

11. Perbedaan Nilai dan Tujuan Hidup

Perbedaan pandangan hidup yang mendasar antara pasangan, seperti perbedaan dalam cara mendidik anak, tujuan karir, atau keyakinan agama, bisa menjadi penyebab ketegangan yang terus menerus dan akhirnya berujung pada perpecahan.

12. Kurangnya Waktu dan Perhatian

Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau hal-hal lain di luar rumah dapat mengabaikan hubungan keluarga. Kurangnya perhatian dan kehadiran emosional dapat menyebabkan hubungan menjadi renggang, baik antara pasangan maupun antara orang tua dan anak.

13. Kehilangan Keintiman atau Hubungan Emosional

Kehilangan keintiman fisik dan emosional antara pasangan dapat menyebabkan keretakan. Ketika pasangan tidak lagi merasa terhubung satu sama lain, hubungan dapat menjadi dingin dan berakhir dengan perpisahan.

14. Kematian Salah Satu Orang Tua 

Kehilangan salah satu orang tua karena kematian juga dapat menyebabkan broken home, terutama jika anggota keluarga yang tersisa tidak mampu mengatasi kehilangan tersebut atau kesulitan menjalankan peran keluarga yang sebelumnya dijalankan oleh orang tua yang telah tiada.

Baca Juga: Pengertian Planning: Tujuan, Manfaat, Jenis

Dampak Broken Home

Dampak broken home pada anak dan keluarga bisa sangat luas dan bervariasi tergantung pada situasi masing-masing keluarga, usia anak, serta dukungan yang diterima. Berikut adalah beberapa dampak umum dari broken home:

1. Dampak Emosional

  • Perasaan Tidak Aman: Anak-anak dari keluarga broken home sering merasa tidak aman karena ketidakpastian dalam lingkungan rumah. Kehilangan stabilitas ini dapat memicu ketakutan akan kehilangan orang yang mereka cintai.
  • Depresi dan Kecemasan: Konflik keluarga, perceraian, atau ketidakhadiran orang tua dapat menyebabkan anak merasa tertekan, cemas, dan bahkan depresi.
  • Perasaan Bersalah atau Malu: Beberapa anak mungkin merasa bertanggung jawab atas perpisahan orang tua, berpikir bahwa mereka berkontribusi terhadap masalah tersebut, atau merasa malu terhadap kondisi keluarga mereka.

2. Dampak Psikologis

  • Gangguan Kepercayaan: Anak-anak dari keluarga broken home mungkin kesulitan mempercayai orang lain, terutama dalam hubungan romantis di masa depan. Pengalaman mereka terhadap perpecahan orang tua bisa menimbulkan rasa takut akan pengkhianatan atau penolakan.
  • Rendahnya Harga Diri: Kehilangan dukungan emosional dari keluarga dapat membuat anak merasa kurang dihargai, yang menyebabkan harga diri yang rendah dan perasaan tidak berharga.

3. Dampak Akademis

  • Penurunan Prestasi Belajar: Anak-anak yang mengalami broken home sering kesulitan berkonsentrasi di sekolah, karena mereka terganggu oleh masalah di rumah. Hal ini bisa menyebabkan penurunan nilai akademik atau motivasi belajar.
  • Ketidakhadiran di Sekolah: Dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin mulai sering absen dari sekolah sebagai bentuk pelarian dari masalah di rumah, atau karena mereka tidak memiliki orang tua yang mendukung rutinitas akademik mereka.

4. Dampak Sosial

  • Kesulitan dalam Hubungan Sosial: Anak-anak dari keluarga broken home mungkin mengalami kesulitan membangun atau mempertahankan hubungan dengan teman sebaya. Mereka bisa menjadi lebih tertutup atau sulit berinteraksi karena rasa malu atau ketidakpercayaan.
  • Perilaku Antisosial atau Agresif: Ketidakstabilan emosional akibat broken home bisa membuat anak menunjukkan perilaku agresif, suka memberontak, atau terlibat dalam perilaku nakal, seperti perkelahian atau berbohong.

5. Dampak Perilaku

  • Perilaku Resiko Tinggi: Beberapa anak mungkin terlibat dalam perilaku berisiko, seperti penyalahgunaan alkohol, obat-obatan terlarang, atau hubungan seksual di usia dini, sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah di rumah.
  • Perilaku Memberontak: Rasa frustrasi dan marah yang tidak tersalurkan bisa membuat anak bersikap melawan terhadap otoritas, baik di rumah maupun di sekolah.

6. Dampak pada Hubungan dengan Orang Tua

  • Hubungan yang Terganggu: Anak-anak mungkin mulai merasa jauh atau memiliki hubungan yang renggang dengan salah satu atau kedua orang tua. Ketika orang tua bercerai atau sering bertengkar, anak sering kali dipaksa memilih pihak, yang bisa mengganggu hubungan mereka dengan salah satu atau kedua orang tua.
  • Kurangnya Kehadiran Sosok Orang Tua: Jika salah satu orang tua tidak hadir secara fisik atau emosional setelah perpisahan, anak bisa merasa kehilangan figur orang tua yang penting dalam perkembangan mereka.

7. Dampak Jangka Panjang pada Hubungan Dewasa

  • Kesulitan dalam Hubungan Romantis: Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga broken home mungkin menghadapi tantangan dalam membangun hubungan romantis di masa dewasa. Mereka bisa merasa takut akan komitmen, takut ditolak, atau memiliki pandangan negatif tentang pernikahan.
  • Pengulangan Pola Konflik: Beberapa anak dari keluarga broken home mungkin mengulangi pola konflik atau ketidakstabilan yang sama dalam hubungan mereka sendiri di masa depan, karena mereka tidak memiliki contoh hubungan sehat yang kuat saat tumbuh.

8. Dampak Finansial

  • Kesulitan Ekonomi: Setelah perceraian atau perpisahan, keluarga sering kali menghadapi tekanan ekonomi, terutama jika hanya satu orang tua yang bekerja. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan anak untuk mendapatkan akses ke pendidikan yang baik atau kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung perkembangan mereka.
  • Kurangnya Dukungan Materi: Anak-anak mungkin mengalami perubahan gaya hidup yang signifikan, seperti harus pindah ke lingkungan yang berbeda atau hidup dengan sumber daya yang lebih terbatas.

9. Masalah Identitas dan Penyesuaian Diri

  • Krisis Identitas: Anak-anak yang dibesarkan dalam broken home mungkin merasa kebingungan tentang identitas mereka sendiri, terutama jika orang tua memiliki nilai atau gaya hidup yang sangat berbeda.
  • Penyesuaian yang Sulit: Anak-anak sering kali kesulitan menyesuaikan diri dengan dinamika keluarga yang baru, seperti harus hidup dalam pengaturan pengasuhan bersama, atau menerima orang tua tiri.

10. Dampak Positif (Jika Ditangani dengan Baik)

  • Kemandirian: Beberapa anak dari keluarga broken home bisa berkembang menjadi individu yang mandiri dan tangguh. Mereka mungkin belajar untuk mengatasi tantangan hidup dan menjadi lebih kuat secara emosional.
  • Keterampilan Pemecahan Masalah: Anak-anak yang tumbuh dalam situasi broken home yang dikelola dengan baik dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik, karena mereka terbiasa menghadapi dan mengatasi situasi sulit.

Baca Juga: Feedback Artinya dalam Bahasa Gaul? Ini Dia Penjelesannya!

Cara Mengatasi Broken Home

Mengatasi broken home memerlukan upaya dari semua pihak yang terlibat, termasuk orang tua, anak-anak, dan dukungan dari lingkungan sekitar. Proses ini bisa menantang, tetapi dengan pendekatan yang tepat, keluarga dapat mulai pulih dari dampak negatif broken home. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi situasi broken home:

1. Komunikasi yang Terbuka dan Jujur

  • Memperbaiki Komunikasi Antar Orang Tua: Meskipun hubungan suami-istri mungkin telah berakhir, penting bagi orang tua untuk tetap menjaga komunikasi yang sehat demi anak-anak. Diskusikan masalah dengan cara yang tenang dan hindari pertengkaran di depan anak.
  • Mendengarkan Anak: Berikan ruang bagi anak-anak untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran mereka. Mendengarkan tanpa menghakimi dan memberikan dukungan emosional dapat membantu anak merasa dihargai dan dipahami.

2. Beri Anak Kepastian dan Stabilitas

  • Jaga Rutinitas: Mempertahankan rutinitas yang stabil, seperti jadwal sekolah, kegiatan harian, dan waktu bersama, dapat memberikan rasa aman bagi anak. Ketika ada perubahan besar dalam hidup, rutinitas yang teratur dapat membantu anak merasa lebih terkendali.
  • Jelaskan Situasi dengan Jujur: Jelaskan situasi keluarga kepada anak-anak dengan bahasa yang sesuai usia mereka. Hindari memberikan informasi yang terlalu berat atau menyudutkan salah satu orang tua.

3. Hindari Menyalahkan atau Membuat Anak Terjebak di Tengah Konflik

  • Jangan Libatkan Anak dalam Konflik: Hindari membuat anak memilih antara orang tua atau menggunakan mereka sebagai alat dalam konflik. Anak-anak seharusnya tidak menjadi perantara atau dipaksa untuk berpihak.
  • Jaga Netralitas: Orang tua harus bersikap netral di depan anak-anak, tidak mencela atau menyalahkan pasangan di depan mereka, karena hal ini bisa memperburuk kondisi emosional anak.

4. Berikan Dukungan Emosional yang Kuat

  • Terbuka untuk Konseling: Konseling keluarga atau terapi psikologis dapat sangat membantu dalam mengatasi dampak emosional dari broken home. Terapi dapat membantu anak dan orang tua memahami perasaan mereka dan mencari cara untuk memperbaiki hubungan.
  • Dukung Anak Menyatakan Emosinya: Anak mungkin merasa marah, sedih, atau bingung. Dorong mereka untuk mengekspresikan perasaan tersebut, baik melalui percakapan dengan orang tua, teman, atau seorang konselor.

5. Fokus pada Kebutuhan Anak

  • Jaga Kesejahteraan Anak: Orang tua harus tetap berfokus pada kesejahteraan fisik dan emosional anak-anak mereka. Pastikan mereka tetap terlibat dalam aktivitas positif, seperti sekolah, olahraga, atau kegiatan ekstrakurikuler, yang dapat memberikan dukungan emosional dan sosial.
  • Berikan Cinta dan Kasih Sayang yang Konsisten: Tunjukkan cinta dan dukungan kepada anak-anak secara konsisten, bahkan ketika situasi di rumah sedang sulit. Hal ini penting untuk membantu mereka merasa aman dan dicintai.

6. Jaga Hubungan Orang Tua dengan Anak

  • Kehadiran Orang Tua yang Berkesinambungan: Jika orang tua berpisah, pastikan anak-anak tetap memiliki akses ke kedua orang tua. Kehadiran fisik dan emosional yang berkesinambungan sangat penting untuk perkembangan anak.
  • Bangun Hubungan yang Positif dengan Kedua Orang Tua: Orang tua harus bekerja sama untuk memastikan anak-anak tetap merasa terhubung dengan kedua orang tua, meskipun mereka tidak lagi tinggal bersama.

7. Atur Pengasuhan dengan Baik

  • Rencana Pengasuhan yang Jelas: Jika terjadi perceraian atau perpisahan, penting untuk menyusun rencana pengasuhan yang jelas dan adil. Ini mencakup pembagian waktu dengan anak, pengasuhan sehari-hari, serta aspek penting lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.
  • Konsistensi dalam Pengasuhan: Kedua orang tua harus berusaha untuk konsisten dalam hal aturan dan nilai-nilai yang diajarkan kepada anak-anak, agar anak tidak bingung dengan perbedaan besar dalam gaya pengasuhan.

8. Cari Dukungan Sosial

  • Dukungan dari Keluarga dan Teman: Keluarga besar atau teman dekat dapat menjadi sumber dukungan penting selama masa-masa sulit. Mereka dapat membantu memberikan perhatian kepada anak-anak atau sekadar memberikan pendampingan emosional.
  • Bergabung dengan Komunitas atau Kelompok Dukungan: Ada banyak kelompok dukungan yang fokus pada keluarga yang mengalami perceraian atau broken home. Bergabung dengan komunitas ini bisa memberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan saran dari orang lain yang berada dalam situasi serupa.

9. Bangun Pola Hidup yang Sehat

  • Kelola Stres dengan Baik: Stres akibat broken home dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik dan mental orang tua serta anak-anak. Melakukan kegiatan seperti olahraga, meditasi, atau hobi dapat membantu mengurangi stres dan memperbaiki kesehatan emosional.
  • Ajarkan Anak untuk Mengelola Emosi: Ajarkan anak tentang cara menghadapi emosi mereka dengan cara yang sehat, seperti berbicara tentang perasaan mereka, berolahraga, atau menulis di jurnal.

10. Fokus pada Masa Depan

  • Berpikir Positif untuk Masa Depan: Meski broken home merupakan pengalaman yang sulit, penting untuk tetap fokus pada masa depan dan mencoba membangun kehidupan yang lebih baik. Orang tua dan anak-anak dapat belajar dari pengalaman ini dan tumbuh menjadi lebih kuat.
  • Bangun Kemandirian dan Tanggung Jawab: Dalam jangka panjang, broken home juga bisa menjadi peluang untuk mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab, ketangguhan, dan kemandirian.

Baca Juga: Maintenance Artinya: Tujuan, Jenis, Manfaat

Mengatasi broken home memerlukan komitmen untuk bekerja sama dan menjaga kesejahteraan emosional serta fisik semua anggota keluarga. Dengan pendekatan yang tepat, dukungan yang kuat, dan usaha bersama, keluarga bisa pulih dan berkembang, meskipun situasi yang sulit. Itulah artikel “Pengertian Broken Home: Ciri, Penyebab, Dampak” semoga bermanfaat dan jangan lupa dibagikan ya!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top