Pseudocode adalah bentuk penulisan algoritma yang menyerupai bahasa pemrograman, tetapi ditulis dalam bahasa sehari-hari (misalnya bahasa Indonesia atau Inggris) yang mudah dipahami oleh manusia. Pseudocode tidak mengikuti aturan sintaks yang ketat seperti bahasa pemrograman, sehingga lebih fleksibel dan digunakan untuk merancang logika program sebelum diubah ke dalam kode yang sebenarnya.
Apa itu Pseudocode?
Pseudocode adalah cara menuliskan langkah-langkah logika atau algoritma dalam bentuk yang mirip dengan kode program, tetapi tidak terikat aturan sintaks bahasa pemrograman tertentu. Pseudocode digunakan untuk merancang solusi dari sebuah masalah secara sistematis dan mudah dipahami sebelum diubah ke dalam bahasa pemrograman seperti Python, C++, atau Java.
Baca Juga: Mengenal Celah Keamanan Informasi pada Sistem Informasi dan Cara Mengatasinya
Fungsi Pseudocode
Berikut adalah Fungsi Pseudocode:
- Menjelaskan logika pemecahan masalah.
- Sebagai perantara sebelum menulis kode asli.
- Membantu programmer atau tim merancang program lebih terstruktur.
Notasi Pseudocode
Notasi pseudocode adalah gaya penulisan atau format standar yang digunakan untuk menulis pseudocode, agar lebih terstruktur, konsisten, dan mudah dipahami. Meskipun pseudocode tidak memiliki aturan baku seperti bahasa pemrograman, tetap ada notasi umum yang sering digunakan agar langkah-langkah algoritma terlihat rapi dan jelas.
Tujuan Notasi Pseudocode:
- Mempermudah pemahaman logika program.
- Menunjukkan struktur kontrol seperti perulangan, percabangan, input/output, dll.
- Menyatukan cara berpikir dalam tim atau dokumentasi.
Contoh Notasi yang Umum Digunakan:
Tujuan | Notasi Umum |
Memulai/akhiri | Mulai, Selesai |
Input data | Input nama, Baca nilai |
Output data | Tampilkan hasil, Cetak total |
Proses/perhitungan | jumlah ← a + b |
Percabangan | Jika … maka … else … |
Perulangan | Ulangi selama …, Untuk i ← 1 sampai n |
Baca Juga: Memahami Kelebihan dan Kekurangan eSIM Sebelum Anda Beralih
Struktur Pseudocode
Struktur pseudocode terdiri dari komponen-komponen logika dasar dalam pemrograman yang disusun untuk memecahkan suatu masalah secara sistematis. Dengan memahami struktur pseudocode, kamu bisa menulis algoritma dengan lebih rapi dan mudah dikonversi ke dalam bahasa pemrograman apa pun.
1. Struktur Urutan (Sequence)
Langkah-langkah dieksekusi secara berurutan, dari atas ke bawah.
Contoh:
Mulai
Input nama
Tampilkan "Halo, " + nama
Selesai
2. Struktur Percabangan (Selection / Decision)
Digunakan untuk membuat pilihan berdasarkan kondisi tertentu.
Contoh:
Mulai
Input nilai
Jika nilai ≥ 75 maka
Tampilkan "Lulus"
Else
Tampilkan "Tidak Lulus"
Selesai
3. Struktur Perulangan (Looping / Iteration)
Digunakan untuk mengulang suatu proses selama kondisi tertentu terpenuhi.
Contoh While / Selama:
Mulai
Input angka
Selama angka ≠ 0 lakukan
Tampilkan angka
Input angka
Selesai
Contoh For / Untuk:
Mulai
Untuk i ← 1 sampai 5 lakukan
Tampilkan i
Selesai
4. Struktur Modular (Prosedur / Fungsi)
Digunakan untuk membagi program menjadi bagian-bagian kecil (opsional dalam pseudocode sederhana, tapi bagus untuk program besar).
Contoh:
Prosedur CetakSalam
Tampilkan "Halo, selamat datang!"
Mulai
CetakSalam
Selesai
Ciri – Ciri Pseudocode
Berikut adalah ciri-ciri pseudocode yang membedakannya dari kode program asli maupun bentuk algoritma lainnya:
Ciri-ciri Pseudocode:
- Ditulis dengan bahasa sehari-hari
- Bisa menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris.
- Tidak harus mengikuti aturan bahasa pemrograman.
- Contoh: Tampilkan “Halo Dunia” alih-alih print(“Hello World”).
- Mudah dipahami oleh manusia
- Dirancang agar logika program bisa dipahami tanpa harus mengerti coding.
- Cocok untuk perencanaan atau diskusi awal sebelum membuat program.
- Menunjukkan urutan logis dari langkah-langkah algoritma
- Tersusun secara berurutan, bercabang, atau berulang, sesuai alur penyelesaian masalah.
- Tidak dijalankan langsung oleh komputer
- Karena bukan kode program sebenarnya, pseudocode tidak bisa dijalankan.
- Perlu diubah ke bahasa pemrograman agar bisa dieksekusi.
- Menggunakan struktur dasar pemrograman
- Seperti input/output, percabangan (if/else), perulangan (for/while), dan prosedur/fungsi.
- Fleksibel dan tidak memiliki format baku
- Tidak ada standar internasional yang kaku.
- Yang penting adalah jelas, konsisten, dan logis.
Contoh Pseudocode
Berikut ini beberapa contoh pseudocode berdasarkan kasus yang sering dijumpai:
1. Pseudocode Menghitung Luas Persegi Panjang
Mulai
Input panjang
Input lebar
luas ← panjang * lebar
Tampilkan "Luas =", luas
Selesai
2. Pseudocode Menentukan Bilangan Ganjil atau Genap
Mulai
Input angka
Jika angka mod 2 = 0 maka
Tampilkan "Bilangan Genap"
Else
Tampilkan "Bilangan Ganjil"
Selesai
3. Pseudocode Menghitung Rata-rata 3 Nilai
Mulai
Input nilai1
Input nilai2
Input nilai3
rataRata ← (nilai1 + nilai2 + nilai3) / 3
Tampilkan "Rata-rata =", rataRata
Selesai
4. Pseudocode Menampilkan Angka 1 sampai 5 (Perulangan For)
Mulai
Untuk i ← 1 sampai 5 lakukan
Tampilkan i
Selesai
5. Pseudocode Menentukan Lulus atau Tidak
Mulai
Input nilai
Jika nilai ≥ 75 maka
Tampilkan "Lulus"
Else
Tampilkan "Tidak Lulus"
Selesai
Baca Juga: eSIM Adalah Inovasi SIM Digital Tanpa Kartu, Begini Penjelasan Lengkapnya
Kesimpulan
Pseudocode adalah cara sederhana untuk menggambarkan logika program menggunakan bahasa yang mudah dipahami manusia, tanpa mengikuti aturan sintaks pemrograman tertentu. Dengan pseudocode, kita bisa merancang alur kerja program secara jelas sebelum diterjemahkan ke dalam kode yang sebenarnya.
Sama seperti pseudocode yang bikin alur program jadi lebih jelas sebelum masuk ke tahap coding, koneksi internet yang stabil juga bikin semua aktivitas digital kamu jadi lebih terarah dan bebas hambatan. Mulai dari streaming, kerja remote, sampai belajar pemrograman—semua lancar jaya dengan paket Internet Only mulai 160 ribuan, dengan kecepatan tinggi hingga 1 Gbps. Simpel, cepat, dan efisien kayak pseudocode versi internet!