Kalau kamu pernah melihat jaringan lama berbasis kabel koaksial yang semua perangkatnya menempel pada satu kabel utama, itulah contoh klasik topologi bus. Satu “jalur utama” menyalurkan data ke banyak node yang sederhana, hemat kabel, tapi punya konsekuensi soal kinerja dan keandalan.
Artikel ini membahas tuntas: apa itu topologi bus, bagaimana cara kerjanya, ciri-ciri yang perlu kamu ingat, jenis-jenis yang umum, plus kelebihan dan kekurangannya dalam praktik. Tujuannya jelas: setelah membaca, kamu bisa menilai kapan topologi bus masih relevan, kapan sebaiknya memilih topologi lain, dan bagaimana menghindari masalah umum saat merancang atau merawat jaringan model ini.
Apa Itu Topologi Bus?
Secara singkat, topologi bus adalah bentuk jaringan di mana semua perangkat (node) terhubung ke satu media transmisi bersama yang disebut bus atau backbone. Bus ini biasanya kabel koaksial pada implementasi Ethernet generasi awal (10BASE2, 10BASE5), meski konsep “satu jalur utama dibagi bersama” juga muncul pada protokol lain seperti CAN bus di otomotif atau I²C di elektronik.
Ciri mendasar topologi bus:
- Ada satu kabel utama yang membentang.
- Setiap perangkat menempel ke kabel itu melalui konektor atau T-connector.
- Ujung-ujung kabel diberi terminator agar sinyal tidak dipantulkan kembali (mencegah echo/reflection).
- Saat satu perangkat mengirim, semua perangkat lain “mendengar” siaran pada media yang sama.
Topologi ini populer karena murah dan mudah dipasang di ruangan linear seperti koridor kantor atau lab. Namun, sifatnya yang berbagi media membuat pengiriman data bergantian dan rentan tabrakan (collision) jika tidak diatur.
Baca Juga: Topologi Jaringan Komputer Adalah: Cara Kerja, Manfaat, Jenis
Cara Kerja Topologi Bus
Bayangkan satu jalur bis kota. Hanya ada satu rute, dan semua penumpang menggunakan jalur itu. Data pada topologi bus bekerja mirip:
- Media bersama
Semua node berbagi satu kabel. Tidak ada switch yang membuat jalur khusus antar perangkat; data berjalan menyusuri bus. - Pengalamatan dan penyiaran
Pengirim menaruh frame ke bus. Frame berisi alamat tujuan. Semua node menerima sinyal, tetapi hanya node dengan alamat yang cocok yang memprosesnya; lainnya mengabaikan. - Kontrol akses
Karena medianya bersama, hanya satu node yang boleh mengirim pada satu waktu. Ethernet klasik menggunakan CSMA/CD (Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection): perangkat “mendengar” dulu apakah bus sedang kosong; jika dua perangkat terlanjur mengirim bersamaan, terjadi collision. Keduanya berhenti, menunggu penundaan acak, lalu mencoba lagi. - Terminasi
Di kedua ujung bus terpasang terminator (resistor sesuai impedansi kabel, misalnya 50 Ω pada koaksial Ethernet). Tanpa terminator, sinyal terpental di ujung kabel, mengganggu komunikasi, dan terlihat sebagai noise atau collision palsu. - Repeaters (opsional)
Untuk jarak lebih panjang, repeater dipakai memperkuat sinyal dan menjaga bentuk gelombang tetap “sehat”. Namun setiap repeater menambah kompleksitas domain collision.
Intinya, topologi bus mengandalkan disiplin berbagi media agar data tidak saling bertabrakan dan sampai ke tujuan dengan benar.
Karakteristik Topologi Bus
Catat poin-poin ini untuk menggambarkan “DNA” topologi bus:
- Media tunggal: satu kabel utama menjadi jalur semua trafik.
- Broadcast secara default: frame menyebar ke semua node, lalu disaring di layer atas berdasarkan alamat tujuan.
- Collision domain menyeluruh: selama tidak ada perangkat switching/segmentasi, semua node berada dalam satu domain collision.
- Perlu terminator: wajib ada di kedua ujung agar tidak ada pantulan sinyal.
- Skalabilitas terbatas: semakin banyak node atau semakin panjang kabel, semakin tinggi kemungkinan collision dan degradasi sinyal.
- Biaya awal rendah: hemat kabel dan perangkat aktif; pemasangan relatif cepat di jalur lurus.
- Troubleshooting bisa rumit: satu konektor longgar atau terminator hilang bisa “mengacaukan” seluruh jaringan.
Baca Juga: Packet Sniffer Adalah: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja
Jenis – Jenis Topologi Bus
Walau konsepnya satu, implementasinya bervariasi. Berikut jenis yang sering dibahas:
- Linear Bus
Bentuk paling dasar: satu kabel lurus dari ujung A ke ujung B, masing-masing ujung diberi terminator. Cocok untuk ruang memanjang seperti lorong. - Distributed/Branching Bus
Masih ada backbone utama, tetapi beberapa cabang pendek menempel ke backbone. Cabang terlalu panjang dapat menyebabkan pantulan sinyal; perlu perhitungan panjang dan kualitas koneksi. - Backbone Bus (Bus of Buses)
Digunakan sebagai tulang punggung yang menghubungkan beberapa segmen jaringan. Masing-masing segmen bisa memiliki topologi lokal berbeda (misalnya star), tetapi antar-segmen diikat bus utama. Ini transisi menuju arsitektur modern, meski jarang dipakai dengan koaks saat ini. - Logical Bus
Secara fisik mungkin bukan satu kabel lurus (misalnya memakai perangkat nirkabel atau switch lama), tetapi secara logis lalu lintas diperlakukan seperti bus: semua perangkat “mendengar” siaran. Contoh klasik: Ethernet hub lama yang mereplikasi sinyal ke semua port. - Bus Khusus Domain
- CAN bus: otomotif dan industri, banyak node sensor/ECU berbagi sepasang kabel twisted pair dengan terminasi, protokol arbitration yang kuat.
- I²C: perangkat elektronik/embedded, dua kabel (SDA/SCL) berbagi bus dengan pull-up resistor; arahkan banyak sensor ke satu mikrokontroler.
Meski dua contoh terakhir bukan “jaringan komputer kantor”, konsep bus yang sama—media bersama, arbitration, terminasi—tetap berlaku.
Kelebihan Topologi Bus
- Biaya instalasi rendah
Kabel lebih sedikit dibanding star atau mesh. Pada era 10BASE2, cukup satu koaks berjalan di sepanjang dinding, dan setiap PC menempel lewat T-connector. - Pemasangan cepat untuk ruangan linear
Cocok untuk koridor, lab praktikum kecil, atau lingkungan sementara yang butuh “tarik kabel satu garis”. - Perangkat aktif minimal
Tanpa switch/hub canggih, arsitektur sederhana memudahkan deploy awal atau skenario sementara. - Mudah dipahami untuk skala kecil
Konsep “semua perangkat berbagi satu jalur” memudahkan pembelajaran dasar jaringan dan eksperimen. - Relevan pada domain khusus
Di otomotif/industri (CAN bus) dan elektronik (I²C), bus tetap jadi pilihan karena sederhana, tahan gangguan, dan hemat kabel untuk banyak sensor.
Kekurangan Topologi Bus
- Single point of failure di backbone
Putus di satu titik atau konektor longgar bisa melumpuhkan semua node di bawahnya. Hilangnya atau rusaknya terminator juga bisa membuat jaringan tidak stabil. - Skalabilitas dan performa terbatas
Semua node berbagi media yang sama. Makin ramai pengirim, makin tinggi collision dan waktu tunggu. Throughput efektif turun saat jumlah perangkat naik. - Diagnostik sulit
Menemukan titik kabel yang rusak atau konektor cacat membutuhkan time-domain reflectometer (TDR) atau uji segmentasi manual. Ini memakan waktu di lapangan. - Keamanan lebih rentan
Karena broadcast secara default, perangkat yang “menguping” pada bus bisa menangkap lalu lintas yang bukan miliknya jika tidak ada enkripsi di lapisan atas. - Batas fisik yang ketat
Ada batas panjang maksimum kabel per segmen, jumlah T-connector, jarak antar node, dan aturan terminasi. Mengabaikan batasan ini cepat menurunkan kualitas sinyal. - Tidak cocok untuk trafik modern berkecepatan tinggi
Untuk jaringan kantor/rumah masa kini, topologi star berbasis switch gigabit/10G jauh lebih andal, aman, dan mudah dipelihara.
Ilustrasi Sederhana
Baca Juga: Latency Adalah: Pengertian, Komponen, Kategori
Kapan Topologi Bus Masih Masuk Akal?
- Lingkungan belajar/eksperimen: memahami dasar CSMA/CD, terminasi, dan efek collision.
- Skenario sementara: event singkat di lokasi memanjang yang butuh konektivitas cepat dan murah, dengan jumlah perangkat terbatas.
- Domain khusus: otomotif/industri (CAN bus), embedded (I²C), atau sensor lapangan yang diikat pada satu jalur sederhana.
Untuk jaringan kantor/rumah modern, pilih star berbasis switch. Kamu mendapat isolasi port, manajemen yang jelas, segmentasi VLAN, QoS, serta kemudahan diagnosa.
Praktik Baik Saat Menggunakan Topologi Bus
- Pastikan terminasi benar
Gunakan resistor terminator sesuai impedansi kabel di kedua ujung. Simpan terminator cadangan. - Batasi jumlah node dan panjang kabel
Ikuti rekomendasi pabrikan/standar. Terlalu banyak T-connector dan sambungan buruk memperparah pantulan. - Konektor berkualitas dan pemasangan rapi
Tekanan mekanis di konektor sering menjadi biang kegagalan. Manajemen kabel yang baik mengurangi tarik-tarikan. - Rencanakan titik uji
Sediakan titik untuk memutus/menyambung segmen agar mudah mengisolasi masalah saat troubleshooting. - Gunakan repeater dengan bijak
Hanya jika benar-benar perlu memperpanjang jarak. Ingat, repeater menambah domain collision jika tidak ada segmentasi. - Lindungi dari interferensi
Jauhkan dari sumber EMI kuat (motor besar, ballast lampu tua). Untuk lingkungan bising, pertimbangkan kabel shielded atau twisted pair dengan standar yang sesuai.
Baca Juga: OSI Layer Adalah: Pengertian , Urutan, Contoh
Kesimpulan
Topologi bus pernah menjadi tulang punggung jaringan lokal karena sederhana dan murah. Prinsipnya masih hidup di banyak sistem dari mobil modern hingga papan mikrokontroler karena satu hal: media bersama membuat banyak perangkat bisa saling bicara lewat satu jalur. Namun untuk kebutuhan kantor atau rumah saat ini, star berbasis switch hampir selalu lebih rasional.
Jika kamu mempertimbangkan bus, pastikan jumlah node sedikit, panjang kabel terkendali, terminator terpasang benar, dan ekspektasi kinerja realistis. Di luar kondisi itu, migrasi ke star akan membayar dirinya sendiri lewat stabilitas, keamanan, dan kemudahan perawatan.
Satu kabel, banyak node. Biar eksperimen topologi bus jalan mulus, pakai internet kencang sampai 1 Gbps mulai 160 ribuan.
FAQ
Bus memakai satu kabel bersama untuk semua perangkat; bila kabel putus, banyak node terdampak. Star menghubungkan tiap perangkat ke switch pusat; gangguan satu kabel biasanya hanya memengaruhi satu perangkat, dan performanya lebih baik karena tidak berbagi media.
Tidak umum. Ethernet modern menggunakan switch dan topologi star. Bus klasik (10BASE2/10BASE5) praktis ditinggalkan karena batasan performa dan keandalan.
Ujung kabel adalah batas medium. Tanpa terminator dengan impedansi yang tepat, sinyal akan dipantulkan kembali dan mengacaukan komunikasi (error, collision palsu, throughput turun).
Tergantung standar kabel dan kualitas pemasangan. Semakin banyak node, semakin tinggi collision dan degradasi sinyal. Untuk keandalan, jaga jumlah node sedikit dan jarak antar node sesuai rekomendasi pabrikan.
Untuk sistem tertanam/industri seperti CAN atau I²C, atau skenario sementara/eksperimen dengan jumlah perangkat kecil di jalur memanjang. Di luar itu, star umumnya pilihan lebih baik.