Sebuah studi terbaru mengungkap adanya fenomena penurunan aktivitas otak pada pengguna yang mengandalkan ChatGPT untuk menulis esai. Dalam eksperimen yang dilakukan pada puluhan partisipan, ditemukan bahwa aktivitas gelombang otak (alpha dan theta) pada kelompok yang menggunakan ChatGPT menurun secara signifikan sekitar 40 hingga 60 persen lebih rendah dibanding mereka yang menulis dengan cara mandiri, dan 20 hingga 30 persen lebih rendah dibanding pengguna mesin pencari biasa.
Penurunan ini mencerminkan lemahnya konektivitas neural dan kualitas hasil tulisan yang dinilai kurang memiliki kedalaman atau “jiwa”. Selain itu, para partisipan menunjukkan kecenderungan untuk bergantung secara berlebihan pada bantuan AI ketimbang berpikir mandiri. Bahkan ketika mereka diminta kembali menulis tanpa bantuan, sebagian besar kesulitan mengembangkan ide secara natural.
Baca Juga: OpenAI Luncurkan Fitur Telepon untuk ChatGPT
Peneliti menegaskan bahwa temuan ini menjadi pengingat penting agar teknologi seperti ChatGPT digunakan secara bijak sebagai alat bantu, bukan pengganti proses berpikir manusia. Dalam jangka panjang, ketergantungan berlebih terhadap kecerdasan buatan dikhawatirkan dapat menumpulkan kemampuan kognitif, terutama dalam aspek analisis, daya ingat, dan pemecahan masalah. Maka dari itu, penting untuk memperkuat literasi digital dan menyusun ulang metode pembelajaran agar tetap memprioritaskan peran otak manusia dalam pengolahan informasi.
Pakai ChatGPT boleh, tapi kalau koneksi internet lemot, mikir pun jadi malas apalagi kalau sambil tunggu loading! Makanya, internet only mulai 160 ribuan dengan kecepatan hingga 1 Gbps bisa jadi penyelamat otak kamu dari “mati gaya digital.” Biar tetap produktif tanpa terlalu tergantung AI, kamu bisa akses informasi cepat, belajar mandiri, nonton edukasi video tanpa buffering, dan tetap latih daya pikir secara aktif. Karena bukan ChatGPT-nya yang bikin otak menurun, tapi cara kita pakai dan… ya, sinyal yang suka ngilang!